Jumat, 07 Agustus 2009

Rumah Adat Batak Toba


     Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, berbentuk empat persegi panjang dan kadang-kadang dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk memasuki rumah harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.
      Lantai rumah kadang-kadang sampai 1,75 meter di atas tanah, dan bagian bawah dipergunakan untuk kandang babyi, ayam, dan sebagainya. Dahulu pintu masuk mempunyai 2 macam daun pintu, yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun berdiam disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan, karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat

  Ruangan di belakang sudut sebelah kanan disebut jabu bong, yang ditempati oleh kepala rumah atau porjabu bong, dengan isteri dan anak-anak yang masih kecil. Ruangan ini dahulu dianggap paling keramat. Di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong disebut Jabu Soding diperuntukkan bagi anak perempuan yang telah menikah tapi belum mempunyai rumah sendiri. Di sudut kiri depan disebut Jabu Suhat, untuk anak laki-laki tertua yang sudah kimpoi dan di seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu. Bila keluarga besar maka diadakan tempat di antara 2 ruang atau jabu yang berdempetan, sehingga ruangan bertambah 2 lagi dan ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni jabu rona.

        Tiap keluarga mempunyai dapur sendiri yang terletak di belakang rumah, berupa bangunan tambahan. Di antara 2 deretan ruangan yakni di tengah-tengah rumah merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah. Bangunan lain yang mirip dengan rumah adalah sopo yakni seperti rumah yang berasal dari lumbung tempat menyimpan, kemudian didiami. Perbedaannya dengan rumah adalah : Sopo berlantai dua, hanya mempunyai satu baris tiang-tiang depan dan ruangan bawah terbuka tanpa dinding berfungsi untuk musyawarah, menerima orang asing dan tempat bermain musik. Pada bagian depan rumah adat terdapat hiasan-hiasan dengan motif garis geografis dan spiral serta hiasan berupa susu wanita yang disebut adep-adep. Hiasan ini melambangkan sumber kesuburan kehidupan dan lambang kesatuan.
      Rumah yang paling banyak hiasan-hiasannya disebut Gorga. Hiasan lainnya bermotif pakis disebut nipahu, dan rotan berduri disebut mardusi yang terletak di dinding atas pintu masuk. Pada sudut-sudut rumah terdapat hiasan Gajah dompak, bermotif muka binatang, mempunyai maksud sebagai penolak bala. Begitu pula hiasan bermotif binatang cicak, kepala singa yang dimaksudkan untuk menolak bahaya seperti guna-guna dari luar. Hiasan ini ada yang berupa ukiran kemudian diberi warna, ada pula yang berupa gambaran saja.
      Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan

LAGU-LAGU BATAK









































Kamus Batak (Batak Dictionary)

Tidak semua suku atau etnis memiliki kamus bahasa. Tetapi suku Batak memiliki kamus Batak. Ini suatu kebanggaan bagi kita semua. Mengingat Batak ada dimana-mana dan tidak semua dilahirkan di Bona Pasogit, kemungkinan besar banyak orang Batak yang tidak fasih berbahasa Batak, tidak tertutup kemungkinan Anda diragukan sebagai orang Batak.
Karena itulah, Kamus ini bisa membantu Anda menjadi orang Batak yang sebenarnya.


A
A, (seruan perasaan kurang sabar dan juga perasaan menghina), ah.
[Dibaca 176 kali] Read more...
B
Ba, I. kata seru menyatakan keheranan. II. sebagai kata penghubung: dan, seraya, ya; partikel di tengah kalimat: ia olo ho, ba denggan, kalau kau mau, ya baiklah; sering digabung dengan kata, da, baba, dong, nah.
[Dibaca 132 kali] Read more...
D
Da, = atehe?, bukankah, ya? ditaruh sesudah perintah; laho ma da, pergilah ya, ima da, ya memang begitulah.
[Dibaca 81 kali] Read more...
E
E, seruan: hai! hallo! kamu yang disana!
[Dibaca 73 kali] Read more...
G
Ga, = da; ga ba, = da ba.
[Dibaca 72 kali] Read more...
H
Haba, benar dan canggung tetapi enteng.
[Dibaca 114 kali] Read more...
I
I, kata penunjuk: itu, situ, sana; ditempatkan di belakang kata benda, kata sifat atau kata kerja; jabu i, rumah itu; halak na mate, orang yang mati itu; huboto do i, saya tahu itu; i do, begitulah, ya itulah; i do? apakah demikian? begitukah? ibana do i, dialah itu; i do ujungna, itulah akhirnya, penghabisannya; di na laho i hami, di saat kami pergi itu.
[Dibaca 77 kali] Read more...
J
Ja, I. singkatan raja di muka nama-nama msl ja mangaris. II. mauja, berbicara (mungkin dari kata dasar: ujar).
[Dibaca 58 kali] Read more...
K
Huruf 'k' sebagai huruf awal tidak dikenal dalam bahasa Batak ; karena itu disini hanya disebut perkataan yang berasal dari bahasa Indonesia.
[Dibaca 56 kali] Read more...
L
Laba, I. laba, faedah, untung, guna, manfaat, keuntungan, sisa hasil usaha; marlaba, beruntung, berlaba; dia labana? apakah manfaatnya, apa untungnya? parlabaan, guna, untung, pendapatan, keuntungan; manghalabahon, mengambil untung atau manfaat dari sesuatu. II. labalaba = balebale.
[Dibaca 60 kali] Read more...
M
Ma, lah, penanda tekanan msl: adong ma sada halak, adalah seorang; ro ma tuson, datanglah kesini; sai saut ma hatam, jadilah seperti perkataanmu; na ro ma udan, akan datang hujan.
[Dibaca 107 kali] Read more...
N
Na, I. kata pengganti penghubung; halak na hutanda, orang yang saya kenal; nasa na adong, semua yang ada, segala sesuatu; na parjolo, yang pertama; na uli, yang bagus, yang elok; na so uhum, hal yang tidak adil, yang tak menurut hukum; dipaboa nasida, na so jadi hami ro, diberitahukan mereka, bahwa kami tidak jadi datang; na olo do ahu, saya mau.
[Dibaca 61 kali] Read more...
O
O, seru tanda heran: oh! juga di muka: ale; o ale.
[Dibaca 80 kali] Read more...
P
Pa, awalan kata kerja, berarti: membuat, menjadikan; pabontarhon, menjadikan putih, memutihkan; paotootohon, menjadikan bodoh yaitu menipu; palahohon, membuat supaya pergi, sering dengan akhiran "hon"; juga menyatakan kata bilangan pangkat msl; palimahon, kelima; papituhalihon, untuk ketujuh kalinya.
[Dibaca 70 kali] Read more...
R
Ra, I. mau, angin, bersedia; na ro do ahu, saya mau, saya bersedia; api na so ra suda, api yang tidak mau padam. II. ra, mungkin, barangkali; ra tung, mungkin ya, barangkali ya.
[Dibaca 64 kali] Read more...
S
Sa, I. satu, se; (sada) sahoda, seekor kuda; sahali, sekali; na sahorbo, sebesar kerbau; na sa i, sebesar itu.
[Dibaca 153 kali] Read more...
T
Ta, I. bunyi yang dibuat untuk mengusir burung perik. II. ita, awalan orang pertama jamak, tabahen (= itabahen), kita perbuat. III. -ta, akhiran orang pertama jamak menandakan milik; donganta, temankita; inanta, ibu kita; amanta, bapa,ayah kita.
[Dibaca 135 kali] Read more...
U
Ua, I. seruan: silahkanlah, baiklah, ayo, mari; Ua lehon di ahu, mari berikanlah kepadaku.
[Dibaca 67 kali] Read more...
W
Wakil, wakil, pengganti.
[Dibaca 55 kali] Read more...
Supported By: